IKLAN CELANA DALAM

Ada baiknya memang kita belajar dari dasar. Atau, ketika aku mengatakan bahwa saat ini aku tengah menempuh pendidikan di Kajian Gender (dan belajar mengenai isu-isu gender dan seksualitas) maka aku diharap untuk terlebih dahulu memberi definisi mengenai apa itu seks, apa itu gender, dan bagaimana korelasinya.



Ya, aku tak menyalahkan harapan tersebut...

...hanya saja aku tidak ingin memulainya dari sana. Atau mungkin nanti, dalam perjalanan waktu, ketika hal dasar tersebut dibutuhkan, aku akan menuliskannya dalam suatu postingan blog dan akan kusertakan tautannya pada tulisan ini. Hanya saja, pikirku saat ini, bukankah hal tersebut bisa didapat sendiri melalui tulisan Dea Safira atau temen-teman feminis lainnya. Aku sendiri, dahulu, mempelajarinya melalui akun youtube. Ya, meski akhirnya, setelah masuk dalam perkuliahan, kurasa informasi yang kudapat dari youtube itu belumlah maksimal dan kuat dalam menjelaskan apa itu seks dan apa itu gender, serta bagaimana hubungannya.

Ya, aku ingin memulai tulisanku ini dengan pengalamanku sendiri. Pengalaman pertamaku berkenalan dengan kata "seks"; yang aku maksudkan di sini adalah aktivitas seksual.

...

...

Sependek jangkauan ingatanku hal itu terjadi saat aku masih duduk di kelas 4 SD. Malam itu aku diajak mamaku untuk berkunjung ke kawan kantor Papa. Ya, boleh dikata hubunan kekerabatan keluarga kami dengan beberapa kawan kantor Papa sangatlah akrab. Sudah seperti keluarga sendiri. Jadi, sering lah kami (Papa, Mama dan diriku) bertandang ke rumah kawan-kawan Papa. Sebagai anak kecil, tentunya aku tidak tertarik dong dengan obrolan mereka. Mem-bo-san-kan. Di tempat itu pun tidak ada anak seuisaku yang mengajakku bermain. Jadi praktis di ruang tamu yang berukuran 4x6 meter tersebut aku manyun seorang diri. Hanya beralih-alih pandangan dari Mama ke kawan Papa dan istrinya, atau sebaliknya. 

Aku yang manyun tersebut pun akhinya melirik bawah meja, tempat majalah-majalah dewasa (kukatakan dewasa sebab yang kubaca itu bukan majalah Bobo atau Mentari Putra Harapan ya) dan koran pagi tadi disimpan. Aku pun menarik salah satunya, lantas kembali ke tempat dudukku di deratan kursi tamu yang paling ujung, membuka-buka halamnnya, membaca beberapa artikel, ramalan bintang, dan taraaaaa....

... aku melihatnya.

Halaman itu adalah halaman iklan celana dalam -aku lupa mereknya- berwarna putih. Tampak seorang pria bule berbadan liat dan seksi yang hanya mengenakan celana dalam putih tersebut dengan tonjolan yang sedemikian besar pada selangkangannya. Well, di usiaku yang sekarang tentu hal ini tak menarik lagi. Kegemaranku menonton klip-klip singkat di twitter kurasa telah membuatku kurang begitu terangsang pada visual yang hanya seperti ini. Tapi saat itu, ilan bule bercelana dalam ini telah membuat diriku 'basah'. Ya, bisa-bisanya aku onani di kursi sudut itu. Padahal banyak orang, padahal setelah itu si Tante yang punya rumah membelikan kami bakso dan kami makan bakso bersama... Well, begitu banyak hal-hal absurd dan tak masuk akal yang kulakukan di masa kecil. Tapi, begitulah adanya. Dengan kondisi penis yang sudah tegang aku menyilangkan kakiku, menggesek-gesekkannya ke kursi sambil membayangkan pria bule dalam iklan celana dalam tersebut menyetubuhiku. Ya, itulah onani pertamaku. Onani pertama yang langsung mengambil tempat di ruang publik dan kurasakan sekali kenikmatannya. Feel like Heaven. 

Dan tentu... tak perlu kau tanya, tentu setelah merasakan kenikmatan surga tersebut aku mengulanginya lagi, lagi dan lagi. Tapi tentu saja utuk selanjutnya tidak kulakukan di ruang publik.

Comments